om jetsün pakma drolma la chaktsal lo
Oṃ. I submit obeisance to Tārā—she who is both exalted and revered.
Om. Aku menundukkan diri kepada Dewi Tārā—Dia yang mulia nan terhormat.
chaktsal drolma taré pamo
I prostrate to Tārā the courageous saviouress,
Aku bersujud pada Dewi Tārā, Penyelamat yang pemberani,
tuttara yi jik kün selma
Who dispels all fear with Tuttāra
Yang menghalau seluruh rasa takut dengan Tuttāra
turé dön nam tamché ter ma
And grants all with Ture.
Dan mengabulkan semuanya dengan Ture.
soha yiger ché la rab dü
With Svāhā, I offer my final homage.
Dengan Svāhā, kupersembahkan penghormatan terakhirku.
When the incomparable Lord Atiśa was staying in Nyethang, he suddenly became quite ill. He supplicated Tārā and requested her intervention. The noble goddess appeared before him and told him that to cure his sickness he must recite the Praise to the Twenty-one Forms of Tārā at least ten-thousand times in a single day. Atiśa replied that it would be impossible for him to do so and asked if there weren't another way. Tārā replied by granting him this extremely concise praise; coming from Tārā herself, this praise is said to be highly blessed.
Ketika Bhagawan Atiśa nan tiada duanya menetap di Nyethang, tiba-tiba ia jatuh sakit. Ia memohon kepada Dewi Tārā dan meminta pertolongan-Nya. Dewi mulia itu pun menampakkan diri di hadapan Atiśa dan bersabda bahwa untuk menyembuhkan penyakitnya, Atiśa harus melafalkan Pujian kepada Dua Puluh Satu Wujud Dewi Tārā setidaknya sepuluh ribu kali dalam satu hari. Atiśa menjawab bahwa mustahil baginya untuk melakukan hal itu dan bertanya apakah ada cara lain. Dewi Tārā menjawab dengan memberikannya pujian yang sangat singkat ini; yang berasal dari Dewi Tārā sendiri, pujian ini dikatakan sebagai pujian yang sungguh diberkati.
| Translated by Sean Price.
| Diterjemahkan [ke bahasa Inggris] oleh Sean Price.